Beberapa
hari sudah melaksanakan ibadah puasa bulan ramadan, pikiran teringat pada
makanan untuk berbuka puasa dan sahur. Mulanya aku teringat makanan untuk
menemani nasi yang menjadi kesenangan mertuaku, yaitu mangga. Kalau sudah ada
mangga, apa pun macam ikan yang ada di hadapan, kami sering melupakannya.,
kecuali kalau itu ikan sepat kering. Selain mangga, terkadang kami juga memakan
buah kuini untuk makan nasi. Makan dengan kuini selalu ada tambahan sedikit
gula pasir. Kuini yang kami makan selalu kiriman dari adik saya di Kandangan,
yang kebetulan mereka tidak suka memakannya, tapi di halaman rumah punya
tanaman kuini.
Sepanjang
perjalanan pulang dari dalam kota mulai kilometer lima arah ke Beruntung ada
tempat orang jualan buah. Ada yang tempat jualannya berupa kios di tepi jalan,
ada pula yang menggunakan pick up diparkir di tepi jalan sebagai tempat
berjualan. Cuma sayangnya harga mangga ketika itu masih mahal sehingga terpikirlah
untuk membuat kukur bilungka sebagai
teman makan buka puasa. Kebetulan lagi di rumah masih ada persediaan sapat karing hambar kiriman dari Amuntai
oleh adik ipar yang bisa dijadikan teman makan nasi dengan kukur bilungka.
Cara
membuat kukur bilungka sebenarnya
tidak sulit. Bahannya terdiri dari ketimun, santan, bawang merah, garam, dan
gula putih. Ketimun dibuang kulitnya, kemudian dikerik dengan sendok (kalau
belum punya alatnya). Hasil kerikan ketimun dimasukan ke dalam wadah yang sudah
diisi air santan. Kemudian masukkan irisan bawang merah, sedikit garam, dan
sedikit gula putih, lalu aduklah hingga rata. Maka kukur bilungka siap disantap.
Ikan
sapat karing hambar bagi sebagian
orang lebih memakannya setelah dibakar. Kalau saya sukanya digoreng kemudian
dicelupkan ke kecap manis yang telah dicampur dengan irisan bawang merah lombok
rawit. Tiga macam makanan ini (nasi, kukur
bilungka, dan sapat karing hambar)
dapat membuat orang puas menyantapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar